Selasa, 08 Februari 2011
CANDI MUARA TAKUS
Candi Muara Takus Wisata Kampar
Wisata Riau - Candi Muara Takus adalah salah
satu objek wisata unggulan provinsi Riau di
Kabupaten Kampar. Setelah menelusuri objek
wisata Istana Gunung Sahilan beberapa waktu
lalu, melihat serta menimbang dari daftar wisata
kampar maka aku putuskan untuk mengunjungi
Candi Muara Takus.
Seperti biasa, kali ini aku juga didampingi
seorang gadis cantik dan tak kalah cantiknya
dengan gadis yang menemaniku waktu
menelusuri Istana Gunung Sahilan, *narsis
mode on*. Ahad pagi itu, semua perlengkapan
telah disiapkan sedari malam. Lokasi Candi
Muara takus ini lumayan jauh dari Pekanbaru
ibu kota Provinsi Riau, sekitar 135 kilometer.
Makanya kami putuskan untuk berangkat pagi-
pagi. Diperkirakan akan memakan waktu tiga
jam lebih kurang.
Setelah semua siap, kami pun berangkat
menggunakan motor butut ku “Bekisar Merah”
yang selalu setia menemani: Astrea Star ’88.
Cuaca pagi itu lumayan cerah. Disepanjang
perjalanan menuju Candi Muara Takus kami
ditemani pemandangan alam yang hijau dan
perkampungan. Melewati Desa Rumbio lalu
melewati jembatan kembar, sampai ke Desa Air
Tiris yang sawahnya sedang menguning.
Setelah lebih satu jam perjalanan sampailah
kami di Kota Bangkinang ibu kota Kabupaten
Kampar. Disini kami menemukan bangunan
megah religius yaitu Islamic Center Bangkinang
(ICB), kayaknya ini bakalan menjadi sasaran
berikutnya nih. Waktu itu kami hanya sekedar
lewat di Kota Bangkinang, setelah itu kami
melewati Desa Salo dan tak lama kemudian
sampailah kami di sebuah jembatan panjang
dibawahnya mengalir sungai yang besar dan
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk usaha
kerambah ikan. Kami pun beristirahat sejenak.
Tiba-tiba si gadis bertanya “Jauh lagi ya?”
katanya, “Ah nggak.. bentar lagi kok, setelah
jembatan ini kita akan menemukan simpang
kearah kanan, itu lah dia,” jawab ku. Tak ingin
membuang waktu ku hidupkan Bekisar merah ku
dan kami pun berlu dari jembatan besar
panjang itu.
Tak lama kemudian, “Eh itu dia simpangnya
bang,” kata si gadis dengan gembira. Sebuah
plang nama bertiliskan “Candi Muara Takus
19km.” Berarti kami telah menemukan lokasi
Candi tersebut, yaitu di desa Muara Takus,
Kecamatan XIII Koto Kampar.
Tak lama kemudian kami sampai di komplek
Candi Muara Takus. Jarak antara kompleks
candi ini dengan pusat desa Muara Takus
sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir
sungai Kampar Kanan. Kompleks candi ini
dikelilingi tembok yang terbuat dari batu pasir,
berukuran 74 x 74 meter bujur sangkar, diluar
arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran
1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks
ini sampai ke pinggir sungai Kampar Kanan.
Lalu kami memasuki areal Candi, kami disambut
sebuah pos jaga tempat mangkalnya pemungut
uang masuk bagi setiap pengunjung Candi
Muar Takus. Tak lama kemudian mata kami
disajikan pemandangan menakjubkan, empat
buah bangunan berada didalam komplek. Candi
Tua yang paling besar, disebelahnya Candi
Bungsu dan Mahligai Stupa serta Palangka.
Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir,
batu sungai dan batu bata yang hanya disusun-
susun. Menurut sumber tempatan, batu bata
untuk bangunan ini dibuat di desa Pongkai,
sebuah desa yang terletak di sebelah hilir
kompleks candi.
Bekas galian tanah untuk batu bata itu sampai
saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat
dihormati penduduk. Untuk membawa batu bata
ke tempat candi, dilakukan secara beranting
dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun
belum pasti kebenarannya memberikan
gambaran bahwa pembangunan candi itu
secara bergotong royong dan dilakukan oleh
orang ramai.
Selain dari candi Tua, candi Bungsu, Mahligai
Stupa dan Palangka, di dalam kompleks candi
ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan
sebagai tempat pembakaran tulang manusia.
Diluar kompleks ini terdapat pula bangunan-
bangunan (bekas) yang terbuat dari batu bata,
yang belum dapat dipastikan jenis
bangunannya. Candi yang bersifat budhistis ini
merupakan bukti pernahnya agama Budha
berkembang di kawasan ini beberapa abad yang
silam. Kendatipun demikian, para pakar
purbakala belum dapat menentukan secara
pasti kapan candi ini didirikan. Ada yang
mengatakan abad kesebelas, ada yang
mengatakan abad keempat, abad ketujuh, abad
kesembilan dan sebagainya. Tapi jelas
kompleks candi ini merupakan peninggalan
sejarah masa silam.
Namun demikian, Masih banyak peninggalan
sejarah lain yang ditemukan disini dari hasil
beberapa penelitian. Salah satunya penelitian
yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Peninggalan Purbakala Nasional dan Bidang
Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan
Kanwil Depdikbud Provinsi Riau tahun 1977
lalu. Menyatakan bahwa Gugusan Candi Muara
Takus terdiri dari empat bangunan candi, serta
enam bangunan.
Yaitu bangunan I, bangunan II, bangunan III,
bangunan IV, bangunan V dan bangunan VI,
pagar keliling dan tanggul kuno (arden wall).
Bangunan I berupa onggokan tanah dengan
dua lobang, diperkirakan sebagain tempat
pembakaran mayat. Satu lobang untuk
memasukkan mayat dan yang lain untuk
mengeluarkan abunya. Bangunan II berupa
bekas pondasi bangunan yang terbuat dari batu
pasir berbentuk persegi empat. Hingga saat ini
belum diketahui apa sebenarnya bangunan itu
serta fungsinya.
Bangunan III berada diluar pagar keliling,
sekitar 135m dari Candi Mahligai. Bangunan
yang dipagari oleh batu bata ini berbentuk segi
empat dengan ukuran 3m x 2,4m. sekitar 298m
sebelah barat laut Candi Mahligai terdapat
bangunan IV yang berupa gundukan tanah.
Tahun 1993 dilakukan penggalian dan
ditemukan didalamnya susunan batu bata.
Bangunan V dan VI berada pada jarak 334m
sebelah barat Candi Mahligai. Bangunan ini
hanya tinggal pondasi dan tubuh saja, semetara
puncaknya telah rusak dan roboh. Pagar keliling
yang terbuat dari pasir berbentuk bujur sangkar,
mengelilingi gugusan candi seluas 74m x 74m
ini berbeda dengan fisik bangunan yang lain,
batu pasir pada pagar keliling ini kelihatan agak
gelap dan berlumut. Pagar keliling ini adalah
satu-satunya dari situs Candi Muara Takus yang
masih terjaga danbelum pernah dilakukan
pemugaran.
Arden Wall (Tanggul Kuno), adalah tanah
kedukan berparit yang mengelilingi Gugusan
Candi Muara Takus sepanjang empat kilo meter.
Pada bagian dasar terdiri dari batu kerikil yang
ditimbun dengan tanah, dn bagian atas
dutanami Bambu Cina yang berfungsi untuk
mrnahan tanggul agar tidak runtuh.
Tidak hanya itu, hasil dari penelitian lain
menyimpulkan bahwa bangunan ini adalah
bangunan suci agama Budha dan diperkirakan
mempunyai kaitan yang erat dengan Kedatuan
Sriwijaya. Semetara DR.F.M. Schnitger, ahli
yang juga melakukan penelitian disini
memperkirakan bahwa candi candi yang ada
adalah kuburan para raja.
Wah… seru juga ya ceritanya. Kayaknya
waktunya pulang nih, eits.. sebelum beranjak
dari komplek Candi muara Takus, kami bertemu
dengan seorang teman yang tinggal di
kabupaten kampar yang juga berkunjung. Lalu
aku jepret deh... ok sobat. Sampai jumpa lagi
dicerita dan petualangan yang lebih seru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar